Mengajarkan Anak Sholat di Usia Dini
Dalam Islam ada tiga ajaran pokok yaitu akidah, ibadah, dan
muamalah. Ibadah merupakan kewajiban utama manusia terhadap Allah SWT. Salah
satunya adalah ibadah shalat. Shalat merupakan tiang agama, shalat juga adalah
amalan pertama yang akan dihisab setelah kita meninggalkan dunia ini dan menuju
dunia abadi yaitu akhirat.
Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua agar
sejak usia anak 7 tahun
sudah dimulai diajarkan shalat. Tentunya anak sudah terbiasa melihat orang tua
dan seisi rumah rajin mendirikan shalat. Dan jika pada usia 10 tahun anak masih
sulit untuk melaksanakan shalat, maka orang tua mulai menjatuhkan hukuman atau
sanksi terhadap anak. Mendidik anak yang sudah baligh jauh lebih sulit
dibanding mendidik anak yang belum baligh. Oleh karena itu, pendidikan usia
dini sangat penting terutama dalam hal agama.
Tips-Tips Ampuh Mengajak Anak Shalat
Ada beberapa tips yang akan diuraikan, yang
dikutip dari Subhan Husaini Albari (2011: 107-114), diantaranya :
1. Mengajak Anak
Shalat saat Bermain
Salah satu dunia anak adalah bermain. Orang tua
tidak boleh melarang anak bermain, sehingga anak menganggap bahwa bermain
merupakan tindakan yang salah. Sebab, bermain sangat bermanfaat bagi
perkembangan otak dan mental anak-anak.
Jika waktu shalat tiba, hendaklah orang tua
berwudhu dengan segera. Setelah itu, barulah mengajak sang anak untuk melakukan
hal yang sama. Katakan kepada sang anak, “Nak, waktu shalat telah tiba. Ayah
sudah berwudhu, tinggal kamu yang belum. Ayo wudhu dulu, Sayang. Kalua sudah
selesai shalat, nanti dilanjutkan lagi bermain.”
Jika ajakan tersebut belum berhaasil, biarkan si
anak bermain, dan Anda (orang tua) shalat terlebih dahulu. Setelah Anda
menyelesaikan shalat, ingatkan kembali si anak bahwa shalat pada awal waktu
(seperti yang telah Anda lakukan) sangat utama pahalanya, dan Allah swt tidak
menyukai orang yang suka melalaikan shalat.
2. Mengajak Anak Shalat saat Menonton Televisi
Saat ini, televise sudah menjadi bagian dari gaya
hidup (life style) manusia. . Anak-anak dan orang tua pun tidak sedikit yang
memiliki hobi menonton televisi, bahkan sampai kecanduan. Oleh karena itu,
pertama-tama yang harus dilakukan adalah membiasakan dalam keluarga menonton
televisi secara teratur dan tidak berlebihan, terutama bagi para orang tua dan
anak paling tua (sudah dewasa). Langkah ini dimaksudkan agar anak tidak
memprotes saat diajak melaksanakan shalat karena ada salah satu anggota
keluarga yang tidak disiplin menonton televisi.
Selain itu, keluarga yang teratur dan tidak
berlebihan menonton televisi dapat menghindari sikap membangkang dari si anak
ketika diajak melaksanakan shalat. Tidak jarang seorang anak berontak ketika
diajak melakukan sesuatu yang lain saat ia menonton televisi. Dan, pada saat
yang sama, ketidakdisiplinan ini juga dilakukan oleh salah satu anggota
keluarga yang lain. Tidak jarang, anak melakukan protes, “Ibu juga lama kalau
menonton televisi.” Atau, “Kok Kakak tidak pernah ditegur kalau lama nonton
televisi?”
Langkah berikutnya, lakukan cara yang sama dengan
step yang telah disebutkan pada bagian sebelumnnya. Dengan demikian, kita bisa
dengan mudah mengajak anak melaksanakan shalat saat ia menonton televisi.
3. Mengajak Anak shalat saat Bertamasya
Bertamasya atau bepergian jauh merupakan saat yang
tepat untuk mempraktikkan shalat jama’ (mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu)
dan qashar (meringkas bilangan rakaat shalat) bersama anak. Menurut sebagian
ulama, dua keringanan (rukhshah) dari Allah swt ini dapat dilakukan bila jarak
minimal perjalanan adalah 80 KM.
Tanamkan pada diri sang anak bahwa Allah swt
senantiasa mengawasi makhluk-Nya, kapan dan dimana pun. Untuk itulah, ajaklah
si anak untuk selalu memohon perlindungan dan ridha-Nya. Ini merupakan salah
satu cara terbaik untuk menumbuhkan kesadaran pada diri anak tentang kewajiban
melaksanakan shalat. Sehingga ia akan senantiasa konsisten melakukannya seumur
hidup.
4. Mengajak Anak Shalat saat Masih Tidur
Hampir semua orang tua mengalami kesulitan saat
membangunkan anak mereka untuk melaksanakan shalat subuh.
Untuk mengatasi permasalahan ini, langkah awal
yang harus ditempuh oleh orang tua adalah membiasakan bangun pada pukul 03.00
dini hari. Setelah melaksanakan shalat Tahajjud, bangunkan sang anak dari
tidurnya. Jika ia tidak mau bangun, biarkan saja. Tapi, saat adzan Subuh
dikumandangkan, segera bangunkan si anak. Katakan kepadanya bahwa Anda sudah
bangun sejak awal, dan telah melaksanakan shalat Tahajjud.
Lakukan langkah ini secara berulang-ulang sehingga
terbangun dalam mindset anak bahwa rutinitas tersebut merupakan kebiasaan yang
baik dalam keluarga Anda. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah membaca Al
Quran setelah shalat Tahajjud sembari menunggu waktu shalat Subuh tiba. Anda
boleh mengeraskan sedikit suara Anda agar terdengar oleh sang anak. Tentu saja
akan lebih baik bila Anda membacanya dengan lagu yang merdu.
5. Mengajak Anak Shalat di Mesjid
Anak adalah peniru ulung. Anak akan melakukan apa
saja yang sering dilihat dan diajarkan padanya. Untuk membentuk anak yang cinta
mesjid dan shalat berjamaah, kita perlu mengajarinya. Kita juga harus memberi
dan menjadi contoh yang baik bagi anak dalam hal cinta mesjid dan shalat
berjamaah. Dengan seringnya anak melihat kita melaksanakan shalat berjamaah di
mesjid, lambat laun anak akan meniru. Awalnya, ia akan meminta ikut ke mesjid.
Sebagian orang tua tidak mengabulkan permintaan tersebut karena khawatir sang
anak akan bertingkah yang kurang pantas dan merepotkan.
Oleh karena itu, anak perlu dikodisikan terlebih
dahulu sebelum diikutkan shalat berjamaah di mesjid. Orang tua harus
memberitahu seputar shalat berjamaah kepada anak dengan menggunakan media
bercerita. Bacakan untuknya buku-buku tentang mesjid dan shalat berjamaah,
perlihatkan gambar mesjid dan orang yang sedang berjamaah, dan lain sebagainya.
Latihlah anak melakukan shalat berjamaah di rumah
atau sekolah. Bentuk latihan bisa berupa simulasi shalat berjamaah, atau dengan
mempraktikkan shalat berjamaah di rumah. Katakan kepada sang anak, “Sayang,
sebelum shalat berjamaah di mesjid, kita latihan dulu ya?” Dengan pengondisian
dan latihan tersebut, anak akan memahami perihal shalat berjamaah di mesjid.
Selain itu, perlu juga anak diberi tahu hal-hal
yang tidak boleh dilakukannya ketika sedang shalat berjamaah di mesjid. Tidak
salahnya bila orang tua memastikan bahwa si anak sudah cukup dengan
pengondisian dan latihan yang telah diberikan.
Sangat bagus bila anak dikenakan pakaian yang
kondusif, misalnya baju koko untuk anak laki-laki dan mukena untuk anak
perempuan. Sehingga, secara psikis, anak lebih siap dengan suasana mesjid.
Alangkah tidak adilnnya bila kita memarahi atau menghukum anak karena
bertingkah yang kurang pantas di mesjid, sedangkan ia belum pernah diberi
pemahaman tentang mesjid, serta jarang atau tidak pernah diajak ke mesjid
sebelumnya.
Selanjutnya, perkenalkan kepada anak mengenai shaf
dalam shalat. Shaf ternyata mempengaruhi tingkat kebisingan anak-anak. Anak
yang gaduh saat shalat dikarenakan berkumpul dengan teman-temannya yang lain.
Untuk mengantisipasi hal ini, perlu adanya pengaturan shaf anak-anak. Shaf yang
baik untuk laki-laki adalah di bagian depan, sedangkan shaf yang terbaik untuk
perempuan adalah di belakang. Oleh karena itu jamaah anak laki-laki dibarisan
paling belakang shaf laki-laki. Sebaliknya anak-anak perempuan yang lebih ramai
lagi diletakkan di barisan paling depan shaf perempuan. Pengaturan shaf seperti
ini akan melatih anak untuk tertib dan tidak gaduh.
6. Membiasakan Anak Melaksanakan Shalat saat Berada di Luar
Pengawasan Orang Tua
Cara untuk membiasakan anak agar senantiasa
melaksanakn shalat saat berada di luar pengawasan orang tua adalah tidak jauh
berbeda dengan langkah-langkah yang telah disebutkan sebelumnya pada poin 1 dan
3. Berikan penyadaran kepada sang anak bahwa kapan dan di mana
pun Allah swt selalu bersama dan mengawasi kita.
Jika anak-anak keluar rumah, sarankan agar mereka
membawa perlengkapan shalat. Untuk anak-anak perempuan, bawalah mukena, dan
untuk anak laki-laki membawa kopiah maupun kain sarung. Jika mereka merasa
keberatan atau tidak memungkinkan membawa perlengkapan shalat, ingatkan agar
selalu mengenakan pakian yang suci dari najis. Sehingga ketika waktu shalat
tiba, mereka tidak kesulitan dalam melaksanakan shalat dan terhindar dari
hal-hal yang meragukan kesucian pakaian yang dikenakan.